MODEL-MODEL INSERVICE PENDIDIKAN GURU dalam PENGEMBANGAN KOMPETENSI MENUJU PROFESIONALISME
Pendidikan "In-service Education"
(pendidikan dalam-jabatan) atau latihan-latihan semasa berdinas, dimaksudkan
untuk meningkatkan dan mengembangkan secara kontinu pengetahuan,
ketrampilanketrampilan dan sikap-sikap para guru dan tenaga-tenaga kependidikan
lainnya guna mengefektifkan dan mengefisiensikan pekerjaan/jabatannya. Program
pendidikan atau latihan tersebut dapat diselenggarakan secara formal oleh
Pemerintah, berupa penataran-penataran atau lokakarya-lokakarya baik sscara
lisan atau tertulis, dapat pula diselenggarakan sscara informal oleh yang
berkepentingan baik secara individual, maupun secara berkelompok.
Lembaga sekolah
/ institusi pendidikan dapat mendorong dan merencanakan program "In
service" ini secara kooperatif dengan mengikutsertakan mereka yang
berkepentingan atau melalui wakilwakilnya yang representatif.
A. MODEL PENDIDIKAN INSERVICE DAN UPGRADING PROFESIONAL
GURU
Dalam pengembangan kemampuan profesional melalui kegiatan
in-service (penataran atau pelatihan) terkesan bahwa selama ini
pelaksanaannya kurang sistematis karena sasarannya kurang jelas. Sedikit sekali
program in-service dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru secara riil.
Kebanyakan program in-service dilaksanakan karena programnya telah
dirancang oleh lembaga penyelenggara, sehingga lulusannya kurang memperoleh
manfaat yang optimal terhadap pelaksanaan tugasnya dan tidak mendukung keahlian
baru.
Menurut Peter F. Oliva yang dikutip oleh Syaiful
Sagala mengemukakan sasaran domain supervisi adalah hubungan pengembangan staf
dengan in-service education yang dibagi dalam dua kategori yaitu staffing
yang terdiri dari kegiatan (selecting, assigning, evaluating,
reticing dan dismissing staf), dan training.
Seorang
guru pada dasarnya sudah dipersiapkan melalui lembaga pendidikan guru sebelum
terjun kedalam jabatannya. Pendidikan persiapan itu disebut pre-service education.
Diantara mereka banyak yang sudah cukup lama meninggalkan pre-service educationdan bertugas
dilingkungan yang tidak memungkinkan untuk mengikuti berbagai perkembangan dan
kemajuan. Untuk mengejar ketinggalan itu agar guru selalu up to date dalam menjalankan
tugas-tugasnya diperlukan inservice-training secara terarah dan berencana. Penyusunan program inservice-training dan berusaha
mewujudkannya merupakan bagian dari kegiatan supervisi.
Program inservice-training dapat melingkupi
berbagai kegiatan seperti mengadakan kursus, aplikasi, ceramah-ceramah, workshop, seminar-seminar,
mempelajari kurikulum, survai masyarakat, demonstrasi-demonstrasi mengajar
menurut metode-metode baru, fieldtrip, kunjungan-kunjungan ke sekolah-sekolah diluar daerah, dan
persiapan-persiapan khusus untuk tugas-tugas baru.
Sergiovanni dan Satrat yang dikutip oleh Syaiful
Sagala membedakan pengembangan staf dengan in-service education yaitu
a. Pengembangan
staf bukan untuk guru di sekolah tetapi guru sebagai pribadi laki-laki maupun
perempuan, sedangkan in-service education menangani kekurangan yang khas
pada guru;
b. Pengembangan
staf bukan berorientasi pada pertumbuhan, sedangkan in-service education mensyaratkan
sejumlah ide, keterampilan dan metode pengembangan yang tepat (fokusnya
terletak pada ide-ide. ketrampilan, dan metode);
c. Pengembangan
staf tidak menangani kekurangan guru yang khas tetapi untuk kebutuhan
masyarakat baik untuk pertumbuhan kerja maupun pengembangan jabatan, sedangkan in-service
education sebagai tempat latihan kerja guru-guru untuk mereduksi alternatif
yang benar-benar cocok untuknya; dan
d. Pengembangan
staf tempat latihan kerja tambahan, sedangkan inservice
education boleh
memilih program pengayaan atau remedial.
Training atau
pelatihan sebagai program in-service education menurut Oliva dalam
Syaiful Sagala, ada dua fase yaitu :
a. Training yang terdiri dari
perencanaan, implementasi, evaluasi; dan
b. Post training yang terdiri
dari aplikasi evaluasi.
Upgrading (penataran) sebenarnya tidak berbeda jauh dengan inservice-training. Upgrading ialah
suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan atau meningkatkan
taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru-guru, atau petugas
pendidikan lainnya, sehingga dengan demikian keahliannya bertambah luas dan
mendalam.
Perbedaannya
yang agak jelas antara inservice training dan upgrading ialah, Upgrading lebih memilki cifil-efect pada pekerjaan atau jabatan
pegawai yang di upgrade. Umpamanya:
dapat menjadikan pegawai yang tidak berwenang menjadi berwenang, berlaku untuk
kenaikan tingkat atau jabatan, dan mempertinggi pengetahuan dan keahlian.
Contoh upgrading yang biasa berlaku
di kalangan guru-guru dan petugas-petugas lainnya antara lain : memberi
kesempatan kepada guru-guru SD yang berijazah SGB atau yang sederajat untuk
mengikuti SGA/SPG; memberi kesempatan atau tugas belajar kepada guru-guru SLP
yang berijazah SGA/SPG atau yang sederajat untuk mengikuti kursus PGSLP atau
mengikuti kuliah di IKIP sehingga menjadi
guru yang berwenang mengajar di SLP; memberi kesempatan atau tugas belajar
kepada guru-guru SLA yang berijazah BI/sarjana muda, untuk mengikuti kuliah
guna mencapai tingkat sarjana; memberi kesempatan kepada pegawai administrasi
(tata usaha) yang memilki ijazah SLP untuk mengikuti
KPAA (Kursus Pegawai administrasi Tingkat Atas), dan sebagainya.
B. PERLUNYA
INSERVICE-TRAINING DAN UPGRADING DALAM PENDIDIKAN
Sebab-sebab perlunya inservice-training, disamping pendidikan persiapan (pre-service training) yang
kurang mencukupi, juga banyak guru yang banyak guru yang telah keluar dari
sekolah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah pengetahuan mereka sehingga
menyebabkan cara kerja mereka yang tidak berubah-ubah, itu-itu saja dan
begitu-begitu saja tiap tahun selama belasan tahun mereka bekerja. Mereka tidak
mengetahui dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat dan
negara.
Sebab yang pertama mengenai perlunya
inservice-training atau Upgrading ialah
suatu kenyataan bahwa karena kebutuhan yang sangat mendesak, pemerintah
mengangkat guru-guru yang tidak dipersiapkan untuk menjadi guru sebelumnya,
baik sebagai guru SD maupun sebagai guru SLP atau SLA. Bagi mereka ini inservice-training atau Upgrading mutlak
diperlukan.
Sebab yang kedua ialah adanya
program dan kurikulum sekolah yang harus selalu berubah dan berkembang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, masyarakat dan kebudayaan. Untuk dapat
mengimbangi perkembangan itu, pengetahuan dan cara bekerja guru-guru harus
berkembang pula.
KESIMPULAN
1.
Pendidikan "In-service Education"
(pendidikan dalam-jabatan) atau latihan-latihan semasa berdinas, dimaksudkan
untuk meningkatkan dan mengembangkan secara kontinu pengetahuan,
ketrampilanketrampilan dan sikap-sikap para guru dan tenaga-tenaga kependidikan
lainnya guna mengefektifkan dan mengefisiensikan pekerjaan/jabatannya.
2.
Upgrading ialah suatu
usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan atau meningkatkan taraf
ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru-guru, atau petugas pendidikan
lainnya, sehingga dengan demikian keahliannya bertambah luas dan mendalam.
3.
Perbedaannya yang agak jelas antara inservice training
dan upgrading ialah, Upgrading lebih
memilki cifil-efect pada
pekerjaan atau jabatan pegawai yang di upgrade.
4.
Sebab-sebab
perlunya inservice-training, disamping pendidikan persiapan ( preservice
training) yang kurang mencukupi, juga banyak guru yang telah keluar dari
sekolah guru tidak pernah atau tidak dapat menambah pengetahuan mereka sehingga
menyebabkan cara kerja mereka tidak berubah-ubah, itu-itu saja dan
begitu-begitu saja
SARAN
Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana
memiliki kemampuan kerja yang tinggi, kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan
sebaik-baiknya. Jadi, betapa pun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila tidak memiliki motivasi yang tinggi, begitu
pula sebaliknya. Sikap profesional seseorang tidak didapatkan dari
inservice-training, upgrading dalam pendidikan dan pre-service pendidikan tapi
sikap profesional didapatkan dari dalam diri kita sendiri bagaimana kita
mencintai profesi kita dan bagaimana kita memotivasi diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.stainkudus.ac.id/460/5/5.%20BAB%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar